Friday, November 30, 2007

kutulis surat cinta ini dengan darah

adymoralist

"bismillaahirrahmaanirrahiim
"

kutulis surat cinta ini dengan darah
(1/12/07, 01:44)

aku yang jauh lebih berlumur dosa daripada engkau wahai sahabatku
datang dengan ketulusan jiwa untuk saling berbagi dan mengerti.
kebaikanmu dan segala apapun yang telah membuatku bahagia
kuucapkan terimakasihh... banyak kepada yang Maha Empunya
agar engkau selalu dilimpahkan rahmatNya

aku yang jauh lebih berlumur dosa daripada engkau wahai sahabatku
mengajak untuk bersama tetap saling memahami dan berterusterang
agar kebaikan kita bukanlah hasrat yang dilahirkan dari kesombongan dan keangkuhan
agar do'a sahabat-sahabat kita terus mengalir dan benar-benar didengar olehNya
agar kita jauh dari irihati dan kemunafikan

namun kenapa engkau kini datang menyapaku dengan senyum-dusta
bersalaman dan berpelukan seakan penuh mesra
seakan engkau menyimak dan bahagia dengan kebersamaan ini

ternyata jauh di balik itu semua

Engkau,
engkau tertawa girang dibelakang kami
engkau telah mengiris hati kami dengan kemunafikan
telah engkau tancapkan paku kebencian didalam hati kami
telah engkau bakar hati kami dengan amarah dan dendam

Namun kami tetap bersyukur... kepadaMu ya Allah
telah engkau tanamkan kesabaran subur dalam hati kami
telah dapat meredam amarah ini menjadi kemesraan,
Terimakasih, terimakasih....banyak kepadaMu ya ALlah

dan kami memohon kepadaMu ya Allah.
agar kebersamaan ini pulih kembali berjalan sesuai dengan Syari'atMu
agar kami dapat berkumpul bersama kembali mengucap asmaMu
berkumpul bersama untuk saling menghapus duka lara

dan kembali kepadaMu dengan iringan do'a-do'a sahabat kami
karna aku juga akan mati.

Monday, November 26, 2007

KEKASIHKU ORANG GILA

Emha Ainun Nadjib

Tadi malam Allah menganugerahi saya rejeki yang luar biasa, yang membuat aliran darah saya menghangat, hati penuh kegembiraan dan kebanggaan, dan seandainya ketika itu saya sakit – saya yakin langsung menjadi sembuh.

Tadi malam Allah menganugerahi saya rejeki yang luar biasa, yang membuat aliran darah saya menghangat, hati penuh kegembiraan dan kebanggaan, dan seandainya ketika itu saya sakit – saya yakin langsung menjadi sembuh.
Di Taman Ismail Marzuki Jakarta setiap orang kenal orang yang mengantarkan rejeki Allah ini. Seorang pemuda berusia sekitar 35 tahun, kumuh, berpenampilan gelandangan, tidur di sembarang tempat di komplek itu, sorot matanya menusuk ke dalam nurani. Setiap orang mengenalnya sebagai orang yang tidak lengkap, agak miring, minimal setiap orang normal cenderung tidak menganggapnya sebagai manusia sesama orang normal.


Dulu tatkala sebulan sekali saya beracara ‘Kenduri Cinta’ di parkiran TIM, beliaunya ini selalu hadir. Di akhir acara selalu menemui saya dan dengan sangat menakutkan ia mencium tangan saya. Saya meletakkannya di tempat yang khusus di lubuk hati saya. Kemudian acara bulanan saya di Jakarta itu tidak menetap lagi di TIM melainkan keliling ke kampung-kampung Jakarta.
Ya Allah, beliau ini tiba-tiba menelpon saya…Saya tidak pernah membayangkan bahwa ia kenal telpon. Tentu ia ternyata tahu wartel juga. Ya Allah, dia bercerita tentang demo di DPR dan situasi mutakhir di Jakarta. Ya Allah aku bangga menerima telpon dari seseorang yang setiap orang tidak menganggapnya sebagai sesama manusia dalam kehidupan yang wajar.


Tentu saja tidak bisa saya berkata begini: “Saya ditelpon oleh Menteri, oleh Presiden, oleh Sekjen PBB, tidak punya perasaan apa-apa dan tidak bangga sedikitpun. Tetapi saya ditelpon oleh beliau ini, ya Allah, hati saya berbinar-binar penuh kegembiraan dan kebanggaan”. Tidak bisa, wong memang tidak ada Menteri yang gila untuk repot-repot menelpon saya. Apalagi Presiden dan Sekjen PBB.


Kalimat seperti itu pernah juga muncul di hati saya ketika saya kenal kekasih gila yang lain. Kalau Anda pergi ke Jogja, jalanlah ke perempatan dekat jembatan rel kereta di sebelah barat kantor Samsat. Sekitar siang atau sore, insyaallah Anda akan berjumpa dengan kekasih Allah: pemuda kurus, hitam, menari-nari, melemparkan wajah penuh kegembiraan, melambaikan tangan kepada siapa saja yang lewat. Adakah orang bisa berpikir bahwa ada orang yang sehat jiwanya menari-nari di perempatan jalan?
Tetapi apakah kekasihku itu benar tidak sehat jiwanya? Apakah ia pernah korupsi? Apakah ia pernah menyakiti hati orang? Apakah ia pernah mencuri, mencopet atau menjambret? Bukankah berjam-jam ia berjoget-joget di jalan dengan penuh suka cita itu sesungguhnya berkata kepada orang-orang yang lewat yang kebetulan punya akal pikiran: “Kenapa engkau cemberut, uring-uringan dan berwajah duka? Kau punya mobil kan? Punya rumah kan? Lihatlah aku, tak punya apa-apa, tak punya rumah, tak punya pekerjaan, tak pernah sekolah, tak tahu apa-apa mengenai negara dan masyarakat, tak mendapat gaji, tidak akan kawin seumur hidup, tak punya harapan dan karier apa-apa di muka bumi ini – tetapi aku selalu bergembira…”


Pada suatu sore di sebuah sanggar beliau muncul dan bersalaman dengan setiap orang yang ada di situ termasuk saya. Pimpinan sanggar bertanya kepadanya: “Kamu salaman-salaman begitu apa tahu dengan siapa kamu salaman?”
Beliau tertawa nyengir, mendekat dan memegang sebelah tangan saya dan menjawab dengan suara kecil lirih lucu: “Cak Nunnn….” -- Ya Allah, bangganya saya dikenal oleh beliau. Siapa yang ngasih tahu dia tentang saya? Koran? Saya sudah beberapa tahun tidak laku di Koran, bahkan Koran lokalpun sudah tidak kenal saya.


Ya Allah, syukur kepadaMu akhir-akhir ini Engkau pertemukan aku dengan kekasih-kekasih sejati. Yang tidak menyalami tanganku dengan kepentingan. Yang tidak cemburu dan

dengki kepadaku. Yang tidak menuduh-nuduh aku atas dasar kabar burung dan obrolan warung. Yang tidak meminta apa-apa dariku, bahkan memberiku ilmu dan hikmah yang tidak aku peroleh dari kaum cerdik pandai, dari para penguasa dan kaum penyebar isyu. Yang tidak mengancamku. Yang tidak mencurigaiku berdasarkan keperluan subyektifnya. Yang tidak menyantet atau menenungku demi melindungi ambisinya. Yang tidak bersaing denganku kecuali dalam mencari ridhallah.


Dulu waktu ulang tahun Kartolo dengan Kiai Kanjeng datang kekasihMu, Ibu-ibu setengah baya, pakai kaos oblong dan rok pendek, beteriak-teriak sehingga Satpam dan Polisi akan mengusirnya. Aku loncat turun dari panggung, kurebut Ibu-ibu ini dari Polisi, saya gandeng naik panggung, duduk di samping kiri saya, saya bisiki dan alhamdulillah ia bersedia duduk manis di situ sampai acara usai lewat tengah malam.
Di Alun-alun Magetan itu, begitu kami naik panggung, Ibu-Ibu tua mendahului berdiri dan berpidato teriak-teriak. Saya datangi, saya nyatakan cinta, saya bimbing duduk di samping saya. Ia patuh manis sampai akhir acara, meskipun berulang kali ia mencubit punggung atau paha saya seakan-akan ia adalah pacar saya yang sebentar lagi saya nikahi.
Berikutnya di Magetan itu datang lelaki muda gagah besar, pakai celana pendek, membawa tali dadung panjang, berjalan sambil menari menyaingi Sardono W.Kusumo, membelah hadirin menuju panggung. Terus ada lagi di belakang hadirin: laki-laki juga, berbaring mengomel dan kayal-kayal seperti bayi – persis seperti nasib rakyat Indonesia.


Dan itu ya Allah, lelaki kurus pucat, pakai hanya celana pendek, langsung masuk ke rumah, bersila, menyembah saya dan berkata: “Lapor! Saya dulu anaknya orang kaya. Saya merantau sekolah di Jogja. Kemudian orang tua saya bangkrut. Saya tidak bisa melanjutkan kuliah. Untuk bisa makan saya akhirnya jualan darah. Tetapi karena darah yang saya keluarkan tidak sebanding dengan makanan yang masuk, maka akhirnya saya gila. Laporan selesai!” – Kemudian ia nylonong pergi.
Yang lain datang dan juga langsung masuk rumah. Bahkan tidur di depan pintu tengah. Saya biarkan berjam-jam, sampai akhirnya saya bertanya: “Kok tidur di sini sih Mas?”. Ia menjawab dengan tegas: “Ini adalah bumi Tuhan, makhluknya bebas tidur di mana saja!”
Menjelang maghrib saya hampiri dia dan saya omong dengan lembut: “Boleh saya menolong Sampeyan untuk saya carikan bumi Tuhan yang lain yang bukan ini?”

Sunday, November 25, 2007

Mari kubisikkan sesuatu tentang adikku

adymoralist

Engkau mungkin tidak percaya dengan kenyataan ini
Dan bahkan sama sekali tidak mau mengerti
Karna menurutmu ini semestinya tidak mungkin terjadi
Tetapi aku mencoba tuk memahamimu karna ini susah untuk di mengerti

Adikku sayang,
Aku tidak mengerti mesti memulai darimana
Karna engkau sendiri tidak menyadari itu bagaimana terjadi
Engkau berjalan didalam kesunyian tuk mencari cahaya
Lika-liku kehidupan engkau lewati dalam kehampaan
Kasih sayang sejati hilang yang semestinya mulai engkau bina
Bunda pun menangis menatapmu dalam kehampaan

7 tahun lamanya bunda kehilangan
Rasa malu terpaksa dipikul oleh keluarga
Kedunguan ini terlihat seakan engkau sengaja dimata mereka
Walau sebenarnya engkau sendiri tidak menyadarinya

Adikku sayang,
Teramat lama engkau berada dalam ketidak pastian
engkau menjalani sesuatu yang mungkin tidak masuk akal
mencintai sesuatu yang tidak engkau mengerti
engkau merintih dalam kesakitan yang lukanya tidak kau pahami
Teramat lama engkau merasa buta dalam kenyataan ini
Teramat lama bunda menanti buah hatinya

Kedunguan itu kini telah engkau publikasikan
Yang engkau sendiri tidak mengerti hakekat kebenarannya
Telah menjadi pemahaman umum oleh teman dan sahabatmu
Dan mereka tidak mengerti bahwa engkau dalam kehampaan

Dan Detik Ini
Ibunda dan Ayahanda bersujud syukur kepada Allah swt
Sa’at itu juga ia merasakan hakekatmu sebagai anak
Saudara, sahabat dan teman-temanmu bertasbih terharu
Karna engkau telah terlepas dari kejahatan makhluk yang terkutuk.

Friday, November 23, 2007

Mari berburu yang sejati

Adymoralist

Membaca orang lain itu mudah, namun merumuskan diri sendiri setengah mati susahnya. orang-orang bisa menerapkan sesuatu yang ideal untuk orang lain, namun kebingungan berhadapan dengan dirinya.” Selengkapnya baca di sini

Ane setuju dengan tulisan yg ade di blog aliflaammim walau gak bisa dipungkiri apa yg kita pahami tentang orang lain belum tentu selamanya benar atau apa yg menurut kita benar tapi tidak menurutnya.

Memang sangat susah untuk merumuskan diri sendiri bahkan kadang ada yang tidak memahami dengan dirinya sendiri. Teramat banyak yang dapat mendefinisikan orang lain baik itu negative atau positif namun hanya berapa gelintir dari sekian banyak yang dapat mendefinisikan diri sendiri.

Dan kadang kita sangat mudah memberi problem solving terhadap permasalahan orang lain walau kita sendiri sedang mengalami banyak masalah.

Namun sangat sulit untuk memecahkan permasalahan pribadi walau kadang kita merasa seakan telah menemukan problem solving-nya atau kita memang benar telah menemukan solusinya namun hanya segelintir dari sekian banyak yang bisa istiqamah atau bisa menerapkannya.

Kalau kata Emha(kira-kira begini) :

Marilah bersama-sama kita berkumpul melingkar belajar memunggungi dunia belajar menomor-duakan dunia supaya tidak diperbudak oleh dunia sehingga terpaksa merusak diri sendiri bahkan Negara.

Marilah berkumpul melingkar belajar memburu dan mencintai sesuatu yg masuk akal untuk diburu dan dicintai

Marilah berkumpul mendendangkan lagu-lagu pilihan yang jelas urusan dunia-akhiratnya yang memambukkan kita kepada asal-muasal dan akhir tujuan hidup kita

Mari berkumpul melingkar menyanyikan syair-syair yang memandu hidup kita yang menghindarkan hidup kita dari kepalsuan dan kesementaraan.

Tembok dan Gelombang


Emha Ainun Nadjib

sekuat - kuat gelombang
harus lebih kuat tembok
karena puncak kekuasaan
adalah ideologi gembok

tembok didirikan sekukuh - kukuhnya
agar gelombang terbentur sia - sia

gelombang direndam
menjadi ombak semilir

gelombang itu alam
tembok itu teknologi
kekuasaan timbul tenggelam
sedang jiwamu abadi

berhentilah memenjaraku
sebab jeruji besi dan sel pengurungku
terletak di dalam dadamu sendiri
tanpa bisa kemanapun kau pindahkan

kalau kau usir
kau pikir kemana aku hendak pergi
sedang lubuk jiwamu itulah alam semestaku
aku berumah di keremangan jiwamu
bilikku tersembunyi di balik kesunyian nuranimu

jadi berhentilah mendirikan tembok - tembok
karena toh aku bukan gumpalan benda yang bisa kau kurung
tak usah pula repot membakar dan memusnahkanku
sebab toh hakekatku memang musnah dan tiada

kau sang aku ini gerak atau semacam gerakan
padahal tak kupunyai apapun yang bisa kugerakkan
dan apabila kau jumpai bayangan gerak
pada yang kau sebut aku
hendaklah jelas bagimu bahwa hanya Tuhan
yang sanggup memantulkan diriNya sendiri

aku membesar - besarkanmu dan kau membesar - besarkanku
kita saling merasa terancam oleh enerji yang mendesak - desak
padahal ia hanyalah air nuranimu sendiri yang menggelombang
dan sebagaimana udara yang berhembus
ia berasal dari ruh uluhiyah kita sendiri

kita saling memandang melalui metoda benda
kita saling bersentuhan lewat tahayul peristiwa - peristiwa
padahal di awal dan akhir nanti akan ternyata
yang kita sangka kita bukanlah kita

engkau bisa menangkap benda
tapi geraknya luput dari kuasamu
engkau bisa menghentikan peristiwa
tetapi arusnya lolos dari cengkeramanmu

engkau bisa membendung air
tapi gelombangnya melompatimu ke masa depan
engkau bisa membuntu udara
tapi tenaganya memergokimu
di tempat yang tak kau duga

jadi sudahlah
untuk apa kau bungkam mulutku
sedangkan yang bersuara adalah mulutku
untuk apa engkau stop langkahku

sedangkan yang berjalan adalah sanubarimu sendiri
sedangkan yang bergema adalah pekikan hatimu sendiri
bergaung melintasi segala angkasa
menembus seluruh langit
mengatasi negara - negara dan propinsi - propinsi
melompati kepulauan, samudera dan benua - benua

maka untuk apa engkau bungkam suaraku
karena toh kesunyian lebih berteriak dibandingkan mulutku
untuk apa kau habiskan tenaga
untuk membangun pagar dan rambu - rambu
sedang setiap menjelang tidur
selalu engkau diseret kembali oleh gelombang itu

1994
DARI KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN"

Wednesday, November 21, 2007

bukan, dia bukan manusia

dari blog tetangga : http://sudarmadi.multiply.com/journal

*
sungguh menyesal aku tak dapat membunuhnya. sungguh amat menyesal luka ku belum terobati. tanah kebudayaan leluhur para pemuda rencong telah dinodai dikotori dan dibohongi dengan kekejaman membabibuta

*
tanah para sufi berkumpul saling berbagi budaya. tanah para ulama bertukar pikiran untuk menyebar kesegaran. tanah para pedagang berbagi pengalaman. tanah anak2 bangsa bermain dan belajar dari kehidupan

*
kini kekayaan itu telah dibakar dengan dalih pengamanan masyarakat. kini semua itu hilang tak berbekas dimana mayatnya. semuanya dinodai dengan racun kebencian. sehingga anak2 bangsa tak dapat lagi bermain dan belajar

*
sungguh menyesal, teramat menyesal aku tak dapat membunuhnya. walau dia telah hilang bersembunyi ntah dimana persembuyiannya. kehilangan kekayaan anak2 bangsa tanah rencong masih terasa detik ini. sangat sulit untuk diobati luka yang teramat dalam menusuk hati mereka
*
ingin dan teramat ingin aku membunuhnya, namun sangat sulit bagiku menemukan jasadnya. ingin kutikam dia mewakili semua kehilangan yg telah ia rampas. akan kucabik-cabik raganya hingga semua tahu bahwa keadilan mesti ditegakkan walau aku mesti mengotori tanganku INI

*
walau kusadari teramat hina mengotori tanganku dengan darah haramnya. teramat banyak kekayaan tanah rencong ia telan sehingga menjadi daging. walau kusadari sangat teramat hina mulutku mengumpat dan mencaci kepribadiannya. teramat banyak kebohongan yang ia sampaikan kepada pemuda tanah rencong

*
akan kutikam dia dengan pisau hutan ini. akan kuhunus ia dengan rencong keadilan ini. akan kubunuh dia dengan tulisan jeritan anak2 bangsa ini. akan kucaci dia dengan pena INI

*
tanah rencong tempat kebudayaan para sufi. muara para ulama dari berbagai negara. KINI telah dikotori bahkan sirna dari mata penglihatanku. telah dia bakar dengan dalih yang tak masuk akal

*
wahai langit ku tahu engkau tidak menerima kehadirannya. namun kenapa engkau muntahkan ia keBUMI. bukankah teramat banyak planet yang Allah ciptakan mengelilingi matahari kenapa mesti bumi yang menjadi kotor

*
andai aku masih melihat mayatnya setelah kubunuh maka aku akan membakarnya dan akan kutaburkan di laut selatan yang biru itu dan kuyakin para penguasa laut itu jijik dengan kehadiran abu bangkai itu sehingga abu itu mengendap kedasar lautan dan lenyap dari pandanganku

*
tapi ntah kenapa aku belum merasa puas bila menatap laut biru itu. ingin aku membuangnya jauh dari bumi ini. ingin aku mencari dan membuang abu yang bernama SUDARMADI itu.

CINTA

adymoralist

hari demi hari ku melangkahkan kaki
tuk mencari ketenangan hati
rongga-rongga sukma kutelusuri
tuk menggapai ridha ilahi

namun kini secercah noda telah mengotori jiwaku
sehingga membelenggu kepakan sayap malaikat mendekatiku
dan menyekat kerinduanku tuk berlabuh dipantai kasihMu

kepala, hati, lisan semuanya mengalunkan nada-nada yang sama
walau dawai-dawai cinta telah kuperbaharui
kejenuhan semakin membuat detak jantungku tak menentu
apakah noda-noda yang sama pada dawai-dawai yang berbeda

ya Tuhan, ku berusaha agar cintaku padaMu
tak terkalahkan oleh cintaku pada makhlukMu

dawai cinta belum dapat mengalunkan nada yang merdu
aku hanya bisu menelusuri rongga-rongga kegelapan
lelah letih beriring berkurangnya masa hidupku
aku takut menapaki kegelapan yg berkepanjangan

aku masih ingin untuk memperbaikinya
maka bimbinglah aku mengarungi kehidupan ini

Monday, November 12, 2007

Jiwa sang Revolusioner

adymoralist

Ketika engkau mengelabui sejarah demi kepahlawananmu
Ketika perjuangan para pahlawan engkau sia-siakan
Ketika bumi pertiwi engkau rampas untuk kepentinganmu
Ketika engkau tidak mampu lagi untuk menghormati para pejuang

Dan ketika darah tidak lagi menjadi taruhanmu

Maka ambil…
Ambillah sesukamu isi perut bumi ini
Dan rampaslah seluruh harga diri dan martabat Negara ini
Jangan kau tinggalkan secuil apapun untuk anak cucu bangsamu ini
Jika memang benar begitu kepahlawanan menurutmu

Thursday, November 8, 2007

Puisi yang Sengaja Dibikin Gelap Mengenai Harimau

Emha Ainun Nadjib

Puisi ini oleh penyairnya sengaja agak digelap-gelapkan, dengan alasan yang sangat gampang dipahami: yakni karena temanya adalah harimau, dan harimau itu di era sejarah kapan pun insya Allah selalu menakutkan
Kalau kepergok harimau, manusia selalu bersegera lari dan melingkar-lingkar mencari keselamatan. Maka demikian pulalah puisi ini. Untunglah menurut para Suhu, lari ketika ada musuh adalah jurus kependekaran yang tertinggi
Apalagi penyair puisi ini juga tahu persis bahwa akhir-akhir ini setiap orang diam-diam merasakan dalam kegelapan batinnya bahwa harimau bukan saja menakutkan: lebih dari itu perilakunya sudah sampai pada taraf mengerikan
Terutama karena di zaman kemajuan ini harimau memiliki kecanggihan bukan saja dalam memegang pentungan atau menembakkan senapan, tapi juga piawai mengoperasikan washing machine di mana jutaan gumpalan otak manusia dijejal-jejalkan di dalamnya
Akan tetapi penyair kita ini tetap dengan penuh kesadaran menggelapkan puisi ini, sebab meskipun harimau itu tuli telinganya, tapi matanya sedemikian tajam melebihi ketajaman mata setan yang menginteli kegiatan para malaikat. Dan berkat kekalahan tajamnya mata itulah maka masyarakat setan sekarang kehilangan reputasi, bahkan kehabisan lahan untuk peran-perannya yang kini telah digantikan dan dimonopoli
Penyair kita memohon agar kita membawa pulang puisinya secara diam-diam dan menyembunyikannya di balik jaket, kemudian ia menyarankan agar kita upayakan aroma puisi itu jangan sampai tercium oleh indra hidung harimau yang kepekaannya sudah termasyhur di seantero nusantara. Sebab kalau tidak, jaket dan badan kita akan dirobek-robek oleh kukunya, minimal dilarang untuk kita pakai, kecuali jika kita bersedia menyediakan prosentase saham untuk memperdagangkan aroma itu
Namun dengan semua ini jangan menyangka bahwa penyair itu maupun kita semua merupakan musuh harimau, sebab telah menjadi pengetahuan kita bersama bahwa harimau adalah sahabat kita, yang membuatkan kita jembatan dan memperbaiki jalan, bahwa harimau itu berasal dari kita dan untuk kita, bahwa harimau itu telah manunggal dengan kita semua
Hanya saja — ini penyair kita selalu terbodoh-bodoh untuk bisa mengerti — persahabatan dan permusuhan yang dimaksudkan oleh harimau berbeda dengan yang digagas oleh penyair. Penyair umumnya romantis dan cengeng. Ia memandang persahabatan secara sentimentil dan selalu melebih-lebihkan permusuhan. bagi sang harimau, penyair itu anak kecil yang belum memahami hal-hal yang paling remeh pun dari kehidupan. Sehingga kaau sedikit saja si penyair atau kita semua berpikiran atau apalagi berperilaku tidak sesuai dengan kehendak sang harimau, maka wajib dididik, misalnya dengan cara menempelkan plaster di multunya atau satu tendangan ringan di pantatnya
Memang dulu kita ambil anak harimau itu dari tengah hutan lebat, kita gendong, kita sayang-sayang, kita kasih makan dan minum, kita bikinkan kandang, kita suburkan badannya dan kita panjangkan kuku-kukunya, dengan biaya yang sangat mahal dan kesantunan yangtinggi derajatnya. Tujuan kita adalah agar ia menjaga kita, memelihara ketenteraman hati dan keamanan rumah kita, dari ancaman-ancaman yang misalnya datang dari tetangga, dari masyarakat Jin atau Iblis
Harimau itu bertumbuh menjadi makhluk yang sakti dalam hal pengamanan, serta canggih dalam hal mengatasi ancaman. Sedemikian rupa sehingga ia tidak memiliki pengetahuan lain kecuali yang menyangkut keamanan. Dan karena kemudian ternyata dari tetangga maupun dari masyarakat Jin dan Iblis tidak ada ancaman apa pun yangdatang, maka perlahan-lahan si penyair dan kita semualah yang dianggap merupakan ancaman
Sebabnya adalah bahwa harimau akan kehilangan peran dan lapangan pekerjaan jika tidak ada ancaman, dan akibatnya adalah si penyair dan kita semua yang akhirnya dimasukkan ke dalam kandang


1994

Hati Semesta

emha ainun nadjib

Betapa dahsyat penciptaan hati
Bagai Tuhan itu sendiri
Oleh apa pun tak terwakili:
Ia adalah ia sendiri

Semalam batok kepalaku pecah
Dipukul orang dari belakang
Tatkala bangun di pagi merekah
Hatiku telah memaafkan

Hati bermuatan seribu alam semesta
Dindingnya keremangan
Kalau kau keliru sapa
Ia berlagak jadi batu seonggokan

Kepala negara hingga kuli mengincar
Menjebak dan mencuri hidupmu
Namun betapa ajaib sesudah siuman
Kau percaya lagi

Betapa Tuhan serasa hati ini
Dicacah dilukai berulangkali
Berdarah-darah dan mati beribu kali
Esok terbit jadi matahari


1994

Wednesday, November 7, 2007

hidup itu di hati

Padhangmbulan.com

Manusia hidup di hatinya. Manusia bertempat tinggal di hatinya. Hati adalah sebuah jalan panjang. Manusia menyusurinya, menuju kepuasannya, kesejahteraannya, kebahagiannya, Tuhannya.
Berbagai makhluk menghalanginya, terkadang, atau sering kali, dirinya sendirilah yang merintanginya.
Hati adalah pusat kehendak yang membuat manusia tertawa dan menangis, sedih dan gembira, suka ria atau berputus asa.
Manusia mengembara di hatinya: pikiran membantunya, maka pikiran harus bekerja sekeras-kerasnya, pikiran bisa perlu ber-revolusi, pikiran tak boleh tidur, pikiran harus lebih cepat dari waktu dan cahaya.
Hati tidak selalu mengerti persis apa yang dikehendakinya. Ia hanya bisa berkiblat ke Tuhannya untuk memperoleh kejernihan dan ketepatan itu, tapi pikiran tidak bisa menerangkan apa-apa tentang Tuhannya. Pikiran mengabdi kepada hatinya, hati selalu bertanya kepada Tuhannya. Di hadapan Tuhan, pikiran adalah kegelapan dan kebodohan. Jika pikiran ingin mencapai Tuhannya, ia menyesuaikan diri dengan hukum dimensi hatinya. Jika tidak, pikiran akan menawarkan kerusakan, keterjebakan dan bumerang.
Jika pikiran hanya mampu mempersembahkan benda-benda kepada hatinya, maka hati akan tercampak ke ruang hampa, dan pikiran sendiri memperlebar jarak dari Tuhannya.
Badan akan lebur ke tanah. Pikiran akan lebur di ruang dan waktu. Hati akan lebur di Tuhan.
Jika derajat hati diturunkan ke tanah, jika tingkat pikiran bersibuk dengan bongkahan logam, maka dalam keniscayaan lebur ke Tuhan - mereka akan hanya siap menjadi onggokan kayu, yang tidak terbakar oleh cinta kasih Tuhan, melainkan oleh api.
Jika hati hanya berpedoman kepada badan, maka ia hanya ketakutan oleh batas usia, oleh mati, oleh kemelaratan, oleh ketidakpunyaan. Jika pikiran hanya mengurusi badan, jika pikiran tak kenal ujung ruang maka ia akan rakus kepada alam, akan membusung dengan keangkuhan, kemudian kaget dan kecewa dengan segala yang dihasilkan.
***

Monday, November 5, 2007

MENURUT KAMU AKU GANTENG GAK YA !?

adymoralist

Padahal dah berkali-kali kumeng-upgrade tampilanku yang sedikit urakan ini. ets... jangan beranjak dulu… bukan sok NARSIS atau apalah namanya(ha ha ha) yang penting telusuri dulu OK !, yang ini laen bung :)

Berbagai macam gaya kucoba, dari gaya punk sampai gembelan. Tapi tetap aja kenyamanan dalam penampilan belum kutemukan.

Bahkan kadang-kadang sempat terlintas dalam benakku, penampilan itu hanyalah urutan ke seratus sekian dalam hidupku, karna dia bukanlah hal yang primer melainkan hanyalah sebagai pelengkap dan yang memperindah atau sebut saja secunder. Justru yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah muatan isinya bukan hanya casing. dan lebih baik lagi adanya keseimbangan perpaduan antara dhohir dan bathin.

Mmm…, tapi tak jarang hal-hal yang sekunder selalu mengusik ketenangan primer. Buktinya kenyamanan itu juga bisa diperoleh dari penampilan. Bukan berarti tidak sederhana, justru penampilan yang ku maksud tidak glamour.

Mmm… bukan apa-apa…

Bayangkan aja, udah berkali-kali
hypertext markup language(HTML) ku utak-atik, sampai pernah berantakan gak karuan tampilannya. Mau dikatain punk juga bukan, gembel ? malah lebih parah. Script atau dokumen html orang pernah kucoba tapi kenyamanannya juga belum kurasakan.

Sebenarnya aku sedang lupa akan orientasi dan fungsi utama blog ini, tapi tak kupungkiri "penampilan" telah mengajariku tentang pentingnya pengetahuan hypertext markup language(HTML), ya… setidaknya aku mengenal kamu :D

Soal ganteng atau nggaknya blogku, that's all Up to U. lagian kamu juga punya hak untuk memberi comment :D

thanks

Friday, November 2, 2007

kok bisa Jomblo mulu ya

adymoralist

“gw gak abis pikir neehhh… kok bisa jomblo mulu yaaa…”
asik ya denger kalimat ini, apalagi sambil ngerumpi
dan lebih asik lagi ketika ngumpul di organisasi
sambil makan kwaci nonton tv ngebahas cie.. cie.. cie...

sambil bicara tukar pikiran berbagi pengalaman(ni dia yg lebih seru)
kadang yang satu gak mau kalah dengan yang lainnya
seola-ola dia punya stock seribu pengalaman(ha ha ha
)
taunya apa yang dibagi semua itu rekayasa dari komik sinetron atau pengalaman orang lain(bwahahahaha
, dasar pembohong)
tapi gpp yang penting lo dah berbagi, sekurang-kurangnya udah menghibur walau saling mengibuli(tapi jangan lupa diakhir perkumpulan lo kudu minta ma’af
, itu hanya dongeng sebelum tidur, ha ha ha
). Supaya tabungan dosa lo kagak bertambah .

ok kembali ke, ” gw gak abis pikir neehhh… kok bisa jomblo mulu yaaa…”
kacang rebusssssssssss……… murah meriah 2x , kagak tau kapan habisnya :D, buruan !.
gitu juga dengan kisah keluh kesah kita, bukan keluh sih sebenarnya(Cuma sekedar dongeng penghibur hati kaum adam dan hawa, he he he)

U you mungkin bisa ngebayangin,"gimana suasana orang-orang yang lo cintai dan yang termasuk dalam tema pembahasan dongeng sebelum tidur malam mu, bisa jadi disa’at yang sama ataupun berbeda mereka juga membicarakan tentang lo lo pade yang mungkin pilihan hatinya ataupun salah satu diantara U semua(he he he jangan ke GR-an , eps…st jangan munafik ini hasil analisa!, walau belum tentu benar bwahahahaha)

Kalau gitu apa hubungannya dengan kacang rebus ya ??!! ya ya’ ? bodoh ah, lanjut terus.....

Nah permasalahannya, bagi U you atau jg Guwa(kan gak enak kalau U terus Mmm...)yang masih belum punya pilihan-tepat atau yang masih malu-malu kucing atau yang masi’ asik lompat sana lompat sini(U kalee playboy , ah lo tuu yang pemalu , dasar lo yang gak da keputusan pasti plin plan @#$#$%^*&$%^$@$, Diam......................... , he he he , ini Cuma analisa sayang bukan ajang saling menuduh tau…. iigghhhh)

sebenarnya gak usah ngambil pusing soal ini(seola-ola :d) palagi pakai event dijodoh-jodohin dengan cara paksa ha ha ha bukan jamanya(sorry ya' yang merasa , wallahi kgak da maksud apa-apa, gw bingung aja mau ngomong halusnya gimana, namanya ja analisa he he he, ok?! Agree ya?!). nah jadi, kalau U punya hati, ya sampaikan aja, daripada dipendem keburu busuk :d, soal diterima atau kagak, itu urusan belakang, kagak ada perjuangan yang pasti-akan kekalahan dan kemenangannya(kalau itu mah dari dulu gw jg tau, tapi nyali ini ciut rasanya Bung, ha ha ha ha, jangan marah dong Cuma analisa kok )

ok kalau gito baiknya gimana jalan penyelasainnya ? masa analisa kita gak da hasilnya. Ah bodoh ah gw pengen tidur, sama gw jg ngantuk, gw juga, ah gw jg !

Dah... jadikan PR aja dulu besok analisanya diterusin……I-) ,

Thursday, November 1, 2007

Lapangan dada

adymoralist

Sebenarnya aku tidak mengerti apa salahku, maka sampaikanlah
Sebenarnya apa yang egkau cemburui dariku, karna aku nothing
Sebenarnya aku hanyalah pion yang bisa maju tak bisa mundur
Sebenarnya apa maumu dariku ?!

Ketika engkau melihatku merasa risih dan terganggu
Ketika keberadaanku selalu menampar senyumanmu
Ketika kebahagianku menyakiti hatimu
Ketika aku tersenyum maka engkau merencanakan dendam

Maka bunuhlah aku bila itu kebahagianmu
Maka lenyapkanlah namaku dari permukaan bumi ini
Maka sirnakanlah sejarahku dari kehidupan ini
Maka tersenyumlah engkau

Karna aku tidak akan marah kepadamu
Karna kamu bukan musuh bagiku
Karna cintaku hanya kepada pemilikmu
Karna aku telah menyiapkan kelapangan dada seluas lapangan

Segelas juice di pinggir nile


adymoralist

Kamis malam(1/11) dini hari.

Lalu lalang kendaraan yang ikut mewarnai malam
Tawa canda anak muda membahas masa depan
Saling bicara tukar pikiran berbagi rasa
Cengkrama dan tawa genit dua sejoli
Yang menjadi soundtrack kehidupan malam nile

Dan aku masih tetap disini masi tetap ditepi nile
Dengan segelas juice dan kentang goreng
Cukup menemaniku dalam kesunyian
Bulan dan bintang terangi malam kejenuhanku
Seakan alam-semesta merintih menatapku

Aku benar-benar tak bisa untuk terus begini
Harus ada yang kukerjakan agar kehidupanku berjalan wajar
Hidup hanya sekali wahai kawan
Aku tidak mau mati dalam kekosongan
Kejenuhan bukan alasan untuk tidak berbuat

Harus kubungkam atau kukubur dalam-dalam
Supaya aku tetap bahagia didalam gerak
Karna ia adalah keterbukaan dan ketulusan
Bukan kejenuhan yang menyakitkan
Bahkan mematikan, apapun bentuknya

Selamat malam nile, semoga esok kita masih saling berbagi

RENDRA DALAM MAKNA

Muhammad Ainun Nadjib Rendra yg kami cintai Berpindah rumahnya Dari penglihatan dan pengetahuan Menuju rumah sejati abadi Yg bernama makna, ...