Friday, February 29, 2008

Buat Saudaraku dimanapun dikau berada

adymoralist

What U feel , after watching it,
Sungguh luar biasa ketulusan hati manusia. Kejujuran hati tak dapat untuk dipungkiri, sekejam apapun itu manusia. Tapi ia masih memiliki filter yang sangat tajam dan dalam yang tak dapat dijangkau oleh akal. Ia dapat mentransfer nilai-nilai kebenaran yang tak bisa dihasilkan oleh akal.


Dengan hati engkau juga dapat berkomunikasi dengan tuhanmu. Dalam renungan heningmu, engkau bisa mencoba flashback kembali tentang hidupmu dengan tawa, senyum dan linangan airmata.


Dendam yang membara, emosi yang tak terkendali, suka berburuk sangka, atau segala hal-hal yang bernilai negative dapat engkau olah dengan hati menjadi sebuah hikmah.


Buat suadara-saudariku kecil atau besar adik atau kakak ketika engkau telah galau dalam kebuntuan. Aku yakin engkau mencari hal-hal yang sejati, namun yakinlah semua itu ada disisi Sang Pencipta. Temukanlah kesejatian itu dalam kesunyiamu bersamaNya. Dan sangat bersyukur bila engkau dapat menghadirkan-Nya di setiap hela nafasmu.


"For U. I relly relly love U whereever U'r. I wish, nostalgic can be with U in helping"


Thursday, February 28, 2008

Kenduri Cinta

Emha Ainun Nadjib

Kata ‘cinta’ dimaknai seluas mungkin, komprehensif dan holistik. ‘Clean government’, misalnya adalah manifestasi cinta kemanusiaan, universal, dalam skala nasional, dimana sejumlah orang yang digaji oleh rakyat karena dipercaya untuk menjalankan mekanisme penyejahteraan seluruh rakyat - berkewajiban menciptakan pemerintahan yang bersih. Pemerintahan yang korup adalah pengingkaran atas profesionalisme politik, sekaligus pengkhianatan cinta. Kepala negara atau Wakil Rakyat ‘diberi ruang’ oleh rakyat dengan tugas agar mereka menciptakan ‘ruang’ bagi rakyat. Jika keduanya hanya berperan merepotkan rakyat, hanya menjadi ‘perabot’ dimana rakyat yang harus terus menerus menampung perilakukanya dan memaklumi kesalahan-kesalahan – itu adalah bentuk disharmoni cinta. Yang berhak menjadi ‘perabot’ dalam kehidupan, yang berhak sepenuhnya diakomodasikan tanpa mengakomodasikan, hanya bayi. Dengan kata lain, jangankan pemimpin masyarakat, atau apalagi pengurus negara yang dibayar rakyat, sedangkan manusia biasa saja jangan menjadi seperti bayi. Manusia adalah subyek yang mengatasi masalah, bukan yang justru menjadi masalah...

Wednesday, February 27, 2008

Kadar Kesetiaan

Emha Ainun Nadjib

Sedemikian tinggi dan mendalamkah seorang hamba Allah mesti
terbang dan melayang ke semesta ilmu dan kemuliaan? Tidakkah
manusia bisa bersikap wajar dan biasa-biasa saja? Ataukah itu
alibi untuk memaafkan kelemahan diri, keterbatasan, dan
kekurangannya dalam melakukan sesuatu?

Jangan dengarkan suaraku, karena suaraku buruk. Dengarkanlah
suara Tuhan...

Kalau suaraku buruk, orang justru akan sangat mengingatnya
karena tersiksa. Kalau suaraku agak bagus, orang mengingatnya,
tapi dengan kadar yang lebih rendah dibanding ingatan terhadap
suara buruk -- sebab kecengengan manusia terhadap penderitaan
cenderung lebih besar dibanding rasa syukurnya terhadap
kegembiraan.

Dengan ungkapan dan jawaban saya itu kenapa kau terpaku pada
suaraku? Di situlah letak ketidakberhasilan yang saya maksud.
Orang menikmati terangnya lampu tanpa mengingat kabel listrik.
Orang menikmati makanan enak di warung dan tidak bertanya
siapa nama orang yang memasaknya di dapur. Penyanyi, pembaca
puisi, qari, pelukis, muballigh, penyampai ilmu, pembawa
hikmah, atau fungsi-sungsi nilai apa pun, hanyalah 'kabel
listrik'.

Tidaklah senonoh kita menuntut orang untuk mengagumi kita
sebagai kabel listrik, sebab yang sampai ke mereka adalah
cahaya. Tukang listrik jangan kasih dan taruh lilitan
kabel-kabel ke wajah orang. Kita para seniman, ulama, pengurus
negara, pekerja sosial, fungsionaris-fungsionaris sejarah, di
wilayah mana pun dari kehidupan umat manusia -- wilayah mana
pun dari kehidupan umat manusia -- hanyalah pengantar cahaya,
bukan cahaya itu sendiri. Seperti rembulan, kita hanya
memantulkan cahaya matahari agar menimpa bumi. Terkadang kita
malah merekayasa berlangsungnya gerhana matahari untuk
mengantarkan kegelapan, tetapi sambil memobilisasi orang untuk
mengagumi kita.

Seandainya pun sebagai rembulan kita setia memantulkan rahmat
Tuhan ke bumi kehidupan manusia, yang kita andalkan untuk
mendapatkan nilai bukanlah cahaya itu sendiri, melainkan kadar
kesetiaan.

Tuesday, February 26, 2008

Sayap-Sayap Kerbau

Emha Ainun Nadjib

Di tengah padang yang terbuka luas, dua orang musafir berdebat tentang sebuah
titik hitam yang tampak nun jauh di depan. Yang seorang menya¬takan, titik itu
tak lain seekor kerbau. Sementara lainnya sangat meyakini, itu seekor banteng.
Riuh rendah mereka berdebat dengan argu¬mentasinya. Karena tidak ada titik temu,
satu-sa¬tunya jalan yang mereka sepakati adalah bersege¬ra mendatangi titik itu
ke tempatnya.
Maka, mereka pun berjalan menyusuri pa¬dang, sambil terus berdebat, beradu
wacana, mempertandingkan acuan, referensi dan penga¬laman. Sampai akhirnya
mereka hampir tiba di titik yang ditu¬ju. Namun, sebelum mereka melihat persis
apa gerangan ia, titik itu tiba-tiba melesat, terbang dari tempatnya,
melayang-layang ke angkasa.
"Burung!'; kata salah seorang, "Apa saya bilang:' "Tidak bisa!" sahut lainnya.
Keduanya berlari mendekat, meskipun si benda terbang itu melesat makin jauh dan
tinggi. Akhirnya, mereka berhenti de¬ngan sendirinya dengan napas
terengah-engah.
"Kerbau!" kata orang kedua.
"Kerbau bagaimana?" orang pertama membantah, "Sudah jelas benda itu bisa
terbang, pasti burung!"
"Kerbau!" orang kedua bersikeras, "Pokoknya kerbau! Mes¬kipun bisa terbang,
pokoknya kerbau!"
Saya doakan dengan tulus ikhlas semoga Allah melindungi Anda dari kemungkinan
memiliki teman, saudara, istri, reka¬nan kerja, direktur, bawahan, pemerintah,
penguasa, pemimpin atau apa pun, yang wataknya seperti si pengucap kerbau itu.
Kalau nyatanya Anda telanjur memiliki sahabat kehidupan yang habitat mentalnya
seperti itu, saya hanya bisa menganjur¬kan agar Anda bersegera menyelenggarakan
ruwatan bagi nasib Anda sendiri. Atau, tempuhlah cara yang lebih relegius: puasa
empat puluh hari, salat hajat tiap malam, mencari wirid-wirid paling sakti yang
memungkinkan Anda terlindung oleh para malaikat Allah dari spesies manusia
semacam itu.
Cobalah kata "kerbau" itu Anda ganti dengan kata lain. Um¬pamanya reformasi.
Kata "terbang" bisa Anda ganti dengan kata lain, yang relevan terhadap
reformasi. Ucapkan kata-kata sema¬cam tokoh kita itu: "Meskipun saya
mempertahankan agar sega¬la sesuatunya harus tetap mapan, stabil dan bun¬tu,
tapi yang penting pokoknya saya ini pendu¬kung reformasi!" ,
"Meskipun saya bisa sampai ke wilayah yang serba menggiurkan ini, serta duduk di
kursi yang penuh wewangian ini berkat proses dan mekanis¬me nepotisme dan
feodalisme, tapi yang penting pokoknya saya antinepotisme.”
"Meskipun terus terjadi ketertutupan, pembungkaman dan pemusnahan, tapi pokoknya
ini keterbukaan dan demokrasi:'
"Meskipun saya berbuat tidak adil, tapi po¬koknya saya anjurkan agar
saudara-saudara berbuat adil:' "Meskipun habis-habisan saya melanggar hukum,
tapi po¬koknya saya ini penegak hukum"
"Meskipun sebagai pihak yang diamanati oleh rakyat dan digaji oleh rakyat, saya
tidak pernah minta maaf kepada rakyat atas terjadinya kebangkrutan negara dan
krisis total, tapi yang penting pokoknya saya bukan pemerintah yang buruk:'
"Meskipun kita kandas di landasan, tapi yang penting po¬koknya ini adalah
tinggal landas:'
"Meskipun harga bukan hanya naik tapi lompat galah, yang penting pokoknya ini
bukan kenaikan melainkan penyesuaian.”
Memang tidak ada makhluk Tuhan yang cakrawala ke¬mungkinannya melebihi manusia.
Manusia adalah sepandai¬-pandainya makhluk, namun ia bisa menjadi
sedungu-dungunya hamba Tuhan. Ular saja mengerti persis kapan ia harus makan,
seberapa banyak yang sebaiknya ia makan, serta kapan ia mesti berhenti makan.
Sementara manusia makan kapan saja, me¬nangguk keuntungan tak terbatas
sebanyak-banyaknya - sean¬dainya ia tak dibatasi oleh maut.
Manusia itu paling lembut, tapi ia juga yang paling kasar. Manusia bisa mencapai
kemuliaan kepatuhan kepada Tuhan, namun ia juga mampu melorot ke titik paling
nadir untuk ban¬del, mokong, mbalela dan makar. Untunglah, Allah itu sendiri
adalah khoirul makirin: sebaik-baiknya pelaku makar.
Manusialah mahluk Allah termulia. Ahsani taqwim. Tapi ia juga yang paling hina
dan paling rendah. Asfala safilin.
Doa kita hanya sekalimat: "Ya Allah, makhlukMu yang asfa¬la safilin, tolong
jangan izinkan punya kekuasaan dan meme¬gang senjata. Amin."

Monday, February 25, 2008

Pencerahan dan Ketercerahan

Emha Ainun Nadjib

Kalau Anda orang Islam alangkah indahnya kalau serajin dan
sedalam mungkin Anda menggali nilai-nilai Islam untuk Anda
kontribusikan kepada seluruh bangsa kita, agar proses-proses
demokrasi, keadilan dan penyejahteraan yang kita lakukan
bareng-bareng ini semakin effektif.

Di kulit luar Al-Qur'an bagian belakang, biasanya ditulis
firman Allah La yamassuhu illal muthahharun. Biasanya
ustadz-ustadz kita mengartikan bahwa kalau kita sedang dalam
keadaan batal dan belum berwudlu, maka dilarang menyentuh
Al-Qur'an. La itu tidak atau jangan. Yamassu itu menyentuh. Hu
itu kata ganti untuk Al-Qur'an. Illa itu kecuali. Muthahharun
itu orang-orang yang dalam keadaan suci. Sekali lagi, sebelum
pegang Qur'an, kita berwudlu dulu, supaya muthahhar.

Itu tidak salah, dan bagus untuk pendidikan dasar etika
vertikal keislaman. Tapi sebaiknya tidak tertutup bagi
pengembangan interprestasi. Misalnya, kita ambil dua hal. Yang
pertama, yang disebut Qur'an dalam tafsir dasar di atas
sebenarnya adalah mushaf. Terdiri dari kertas dan goresan
tinta. Itu yang jangan dipegang kalau dalam keadaan batal.
Pastilah Qur'an bukan kertas dan tinta. Qur'an adalah suatu
rumusan dan tuturan firman, yang bersifat rohaniah
(intelektualitas itu rohaniah), yang diantarkan oleh bahasa
atau peralatan budaya manusia melalui kertas dan tinta. Dulu
malaikat Jibril tidak datang dari langit kepada Muhammad SAW.
membawa berkas buku, melainkan membawa titipan ucapan Tuhan.

Ketika dikatakan 'Bacalah !', bukan berarti Jibril menyodorkan
kertas yang ada tulisannya dan Muhammad disuruh membaca.
'Membaca' di situ memiliki pengertian yang sangat-sangat luas.
Intinya: membaca kehidupan. Utsman ibn Affan yang kemudian
mempelopori pe-mushaf-an rohani Qur'an itu.

Jadi mushaf adalah suatu sarana budaya atau fasilitas
teknologi yang mengantarkan Qur'an kepada manusia. Maka, la
yamassuhu, tidak (bisa, boleh) menyentuh, sasarannya bukan
terutama mushaf, melainkan substansi Qur'an itu sendiri. Oleh
karena itu pengembangan interpretasi atas ayat Allah yang
menghiasi kulit belakang mushaf itu, bisa begini: Kalau jiwamu
tidak berada dalam keadaan muthahhar, enlighted, tersucikan,
maka engkau tidak berada di dalam koridor hidayah dan fungsi
Qur'an bagi kehidupanmu.

Katakanlah ada beberapa fungsi Qur'an, umpamanya: ia bukan
hanya informasi, tapi juga informasi yang pasti benar. Ia
bukan sekedar pemberitahuan, tetapi petunjuk. Ia bukan sekedar
berita, tapi kabar gembira. Ia bukan hanya penuturan ilmu,
tapi juga rahmat. Ia bukan hanya perintah, tapi rahasia ilmu.
Ia bukan hanya ketegasan kebenaran, tapi juga cinta dan
kedamaian yang matang. Ia bukan hanya selebaran tentang iblis
dan setan, tapi juga rangsangan eksplorasi fisika, biologi,
astronomi. Serta banyak lagi.

Manusia yang pikirannya skeptis terhadap Qur'an, yang hatinya
blocked-out dari firman pamungkas Allah itu, yang sikap
hidupnya mempergelap dirinya sendiri, logis kalau tidak
memperoleh sentuhan apapun dari multi-probabilitas rahmat
Allah melalui Qur'an. La yamassuhu illal muthahharun. Tidak
memperoleh apa-apa darinya kalau menolak enlightment.

Dan kalau memang kita memilih yang ini, tak ada masalah bagi
Tuhan, Muhammad atau siapa pun saja. Allah tidak menangis,
Muhammad tidak merugi, Islam tidak merasa kurang suatu apa.
Sebab Islam tidak akan mendapatkan risiko apa-apa, ia bukan
manusia yang harus bertanggung jawab kepada sumbernya.

Sunday, February 24, 2008

Maaf Aku Tak Menggugatmu

Emha Ainun Nadjib

Mohon maaf beribu maaf aku tak menggugatmu
Bukan sekedar karena aku tahu kekuatan gugatanku jauh lebih kecil dibanding
kekuatanmu untuk tidak mendengarku serta dibanding kekukuhanmu untuk tidak akan
mengubah dirimu sebagaimana yang kudambakan seandainya aku menggugatmu
Tetapi juga karena engkau jauh lebih tahu tentang hal-hal yang aku gugatkan
dibanding kadar pengetahuanku -- sekurang-kurang nya demikianlah anggapan yang
hidup di dalam dirimu

Mohon maaf beribu maaf aku tidak mengingatkanmu, dan tidak akan mengkritikmu di
bidang apapun saja sampai kapanpun saja
Bukan sekedar karena ilmumu jauh lebih mumpuni dibanding ilmuku yang hanya
telanjang terhadap kenyataan
Juga bukan hanya karena pikiranmu sudah kukuh dan hatimu sudah bulat atas segala
yang engkau inginkan
Tetapi juga karena engkau toh sudah besar, sudah dewasa, sudah matang
segala-galanya sehingga pendapat Tuhanpun sama sekali tidak engkau butuhkan

Mohon maaf beribu maaf aku tidak menuntutmu, aku tidak melakukan demonstrasi ke
kantormu, aku tidak mengeluarkan statemen atau pernyataan apapun, juga tidak
menghimbau atau melakukan tekanan-tekanan atas segala macam tindakan dan
perilakumu
Mohoh maaf beribu maaf keputusan itu kuambil semata-mata karena aku sungguh
tidak akan meminta apa-apa darimu, tidak mengharapkan apapun dari sepak
terjangmu, tidak memimpikan peranmu atas hidupku, tidak menunggu perwujudan
janji-janjimu, tidak mencantolkan nasibmu di pundakmu, tidak akan menadahkan
tangan atau
mengemis setetes airpun dari kehebatanmu
Mohon maaf beribu maaf meskipun engkau besar meskipun engkau penguasa dunia
tetapi bukan engkau yang menciptakan hidupku, bukan engkau yang menjadi sumber
rejekiku, bukan engkau yang menjaga siang malamku, bukan engkau pemilih rahasia
kehidupan, bukan engkau Allahusshomad-ku

17 Oktober 1999.


Tuesday, February 19, 2008

mencari yang sempurna

adymoralist

Sepi sunyi sendiri menulusuri gua kehidupan di malam hari. Sesekali engkau mencoba mempercepat langkahmu untuk meraih Cahaya menemanimu. Dengan penuh janji hati engkau mencoba mensyukuri akan kehadirannya.

Namun ternyata itu adalah Kunang-kunang yang tak bisa terus menemanimu. Dengan sisa kekuatan yang ada engkau terus berharap sampai ketujuan yang engkau impikan. Namun disa’at yang engkau tidak mengerti kapan dan dimana tepatnya. Engkau menemukan lilin kecil yang siap mendampingi perjalanan hidupmu.

Banyak harapan yang engkau berikan padanya. Dan lilin kecil meminta agar engkau tetap selalu bersamanya. Walau nanti engkau melihat yang lebih terang darinya. Lalu engkau berjanji akan menepati permohonannya .

Tak terasa kejenuhanmu mulai timbul dengan cahaya mungil ini. Engkau merasa acuh tak acuh dengan kehadirannya, atau hanya sebatas memenuhi kebutuhanmu melewati kegelapan ini. Engkau belum mengerti benar apa itu memiliki. Karna engkau tidak pernah merasa kehilangan. Kalau memang tidak ingin memiliki mengapa engkau mesti berjanji dan memberi harapan.

Ternyata benar, kehadiran obor yang begitu terang membuat engkau lupa untuk berterimakasih kepada lilin kecil. Engkau campakkan begitu saja dan pergi meninggalkannya sepi dalam kesendirian.

Sebenarnya sejauh apa fungsi cahaya bagimu?!. Aku yakin bukan kecukupan!, tapi pemenuhan kepuasan. Takkan pernah engkau temukan kepuasan walau engkau telah melewati gua gelap itu.

Sebenarnya yang engkau cari adalah keasyikan. Dan keasyikan yang kau kejar itu nagih. sesudah terpuaskan oleh satu keasyikan, akan sepi lagi hidupmu. sehingga terpaksa kau cari keasyikan yang lain dan terpaksa kau susun strategi untuk mengejar keasyikan-keasyikan selanjutnya (slengkapx aliflaammimm)

Semestinya engkau berbuat atas kehendak yang Kuasa Mutlak atas engkau yang diwasilahkan melalui amsal-amsal sosial, tadbir-tadbir sejarah, bunyi hati alam dan masyarakat, swaraning asepi(suara kesunyian) dan kasyiful hijab (terbukanya penghalang). Sehingga engkau mampu mengharamkan dirimu melakukan sesuatu atau menjadi sesuatu atas dasar ambisi pribadi atau karier. Dan engkau baru mampu menjadi budak Yang Maha Kuasa(slengkapx kenduricinta)

alhamdulillah . . .


Monday, February 18, 2008

don't let Ur self to be liar

adymoralist

Ya ampun. . . kenapa begitu susahnya engkau mengatakan yang sebenarnya. Dan kenapa mesti berdusta demi mendapatkan pujian yang engkau kira bisa membanggakanmu

Kalaulah itu bukan kamu, bukan karyamu dan bukan jerih payahmu kenapa mesti tidak rela dan ikhlas untuk mengatakan ini dan itu semua adalah milik karya dan jerih payahnya. Apapun. . . itu bentuk kedustaan yang engkau rangkai

Tidak perlu. . . engkau menyisipkan atau memaksa untuk menghadirkan dirimu dan namamu di balik sebuah kebanggaannya itu

Apakah engkau kira itu adalah sebuah kehormatan?! jangankan aku, Jin pun ikut malu dengan kesombonganmu. Tidak perlu engkau berdusta demi menunjukkan seolah-olah engkau adalah agung engkau adalah pahlawan engkau adalah orang yang perlu disanjung dan dipuji

Justru semestinya yang perlu engkau pikirkan dan engkau selesaikan adalah aib dan dusta-dustamu atau bahkan kalau perlu, berterima kasih dan membeli seluruh gosip-gosip atau fitnah-fitnah yang berkeliaran di mulut-mulut sumbernya, agar engkau lebih sadar dan mengenal dirimu yang sebenarnya.

“Ya ampun. . . betapa kerdilnya mental kami,
berbuat seenaknya perut. sungguh buta, hati dan ilmu kami. Ya Allah. . . . Teguhkanlah hati ini agar bersabar dan bersabar dalam derita. Sungguh tidak tega aku, Biarlah seluruhnya kubalas dengan cinta. Ya Allah. . . irhamna jami’an. Ya Allah. . . muhammadkanlah hamba dan Taburkanlah syafa’atnya”


Sunday, February 17, 2008

kukutip ayat ini dipuncak sinai

adymoralist*

Hidup silih berganti,
datang lalu pergi.

Tuhan,
Engkau yang Maha kuasa.
pisahkan hidup dan mati
datang bergantian.

Di puncak bukitMu yang terjal dan curam ini Tuhan,
kucoba rebahkan tubuhku sembari menyaksikan kekuasaaMu
Ingin rasanya kutitipkan rasa rindu hati ini kepadamu Tuhan,
agar suatu sa'at nanti engkau satukanku dengannya penuh ridhoMu

Tuhan,
aku hanya butiran pasir diantara jutaan gunung yang engkau cipta
aku hanya seekor semut diatara gajah yang engkau rupa
yang tak kuasa dan tak bisa apapun kecuali atas ridho dan kehendakMu Tuhan
aku berharap agar keinginanku ini adalah keinginanMu dan ridhoMu


*kukutip dari curahan hati/puisi seseorang


Saturday, February 2, 2008

Cinta yang lain

adymoralist

"Hi bro, kenapa blog lo begitu romantis suasananya , who love U ? , cup cup cup …"

Suit suit…Gini sobatku. Pertama ku ucapkan ribuan terima kasih untuk offline massagenya. Taunya, jauh-jauh hari aku terinspirasi atau ada keinginan untuk menjadikannya sebuah tulisan di blogku ini

Soal “cinta yang lain” yang dinyanyikan alm.Crisye ft Ungu sebenarnya gak da maksud atau pesan khusus untuk seseorang dari blogku ini.

U ada-ada aje, Kalau alm.crisye ngomong “lupakan aku jangan pernah kau harapkan cinta yang indah dariku lupakan aku kupunya cinta yang lain yang tak bisa untuk kutinggalkan”, itu wajar. Lah kalau U yang ngucapin itu kan gak asik kedengarannyadari segi apapun, entah itu vokalnya atau dengan keadaan U yang masih bujang . Seakan-akan U r not like to watching beautiful girls and women, tentunya just to admire god's creation but not for lust, apalagi sampai ngomong lupakan aku atau mencintaiku

Beda dong dengan suasananya alm.crisye, justru dengan itu membuat beliau lebih setia dengan si buah hati belahan jantungnya

Btw, ane jadikan lagu yang dinyanyikan alm.crisye ft ungu ini sebagai verse of my blog karna seneng ajah dengan alm.crisye. Baik pengalaman spritualnya dan juga kepribadiannya. Seperti yang pernah ditulis Taufik Ismail terhadap alm.crisye (klicK dSinI) gitu juga untuk lagu ini, Coba ajah liat di youtube (klicK DsiNi) gimana suasana alm.crisye menghayati lyrik perlirik dari lagu “cinta yang lain” juga perhatikan gimana raut wajahnya. Sungguh terasa pengalaman dan pengembaraan jiwa dan ruhnya.

Kira-kira begitu alasannya bro .



RENDRA DALAM MAKNA

Muhammad Ainun Nadjib Rendra yg kami cintai Berpindah rumahnya Dari penglihatan dan pengetahuan Menuju rumah sejati abadi Yg bernama makna, ...