Tuesday, December 18, 2007

Tuhan Mengajak Berdiskusi

dari buku: Emha Ainun Nadjib "istriku seribu"

[…..tokoh yang ini mengatakan : “saya berpoligami karena menjalankan syariat Islam”, tokoh yang itu yang berseberangan ideologinya menyatakan “bagaimana mungkin orang memeluk suatu agama yang membolehkan poligami dan peperangan”. Yang satu omong “berpoligami lebih bagus dan selamat daripada selingkuh dan melacur”, lainnya bilang “poligami itu melanggar hak asasi kaum perempuan”. Disebelah sana diungkapkan “hak asasi wanita memberinya hak untuk menjadi pelacur ataupun menjadi istri kedua”, si seberangnya terdengar “kalau lelaki punya hak berpoligami, wanita juga punya hak untuk berpoliandri”.

Dan selesai sampai disitu pemahamannya, untuk diulang-ulang tiap hari dalam oborolan di kafe, wawancara di media, makalah dalam diskusi. Demikian diulang-ulang dari tahun ke tahun, dari era ke era. Akal sudah berhenti. Sejarah sudah mandeg, pemikiran sudah pensiun . Tidak ada view sejarah, wacana-wacana sesekali disebut tapi hannya pada kulitnya atau salah satu sisi yang menguntungkan pengutipnya. Tidak dicari landasan hukumnya pada khasanah agama, ideology atau filsafat. Orang dinegriku memperdebatkan masalah-masalah mendasar peradaban dengan takaran yang sama dengan mempertimbangkan akan pergi ke warung soto atau nasi uduk.
Bersamaan dengan itu ada ribuan masalah lain di negriku. Yang kecil-kecil maupun yang besar-besar. Yang terus menerus terjadi dan terus menerus tidak dicari penyelesainnya dengan tuntas dan mendasar.]


"Padahal Tuhan sangat konsern terhadap proses internal individu per-manusia maupun proses eksternal dalam kehidupan sosial".

Tuhan tidak hanya memberi batasan Dan perintah, melainkan menyikapi manusia sebagai makhluk yang sudah dibekali oleh-Nya dengan alat canggih yang namanya akal. Maka dalam banyak hal sesungguhnya tuhan tidak hanya memberi perintah, tetapi mengajak manusia berdiskusi, agar manusia memproses pemikirannya kemudian mengambil keputusan sendiri dengan akalnya.

Kalau dalam pemetaan pernyataan –pernyataan tuhan, Ia hanya memberi dogma sebanyak sekitar 3,5% yang 96,5% adalah diskusi dan demokrasi.

Pada kalimat yang sama dengan radikalisasi ratusan istri menuju empat istri, tuhan memancing kedewasaan akal manusia: “kalau engkau takut akan tidak bisa berbuat adil, maka satu istri saja”.

Itupun kalimat sebelumnya, yang menyebut istri satu dua atau tiga atau empat, dimulai dengan kata “maka”. Artinya pasti ada anak kalimat sebelumnya. Ada latar belakangnya, ada pertimbangan-pertimbangannya, tidak bisa dipotong disitu. Sebagaimana umpamanya diantara kita ada kalimat “makanlah daging anjing ini” tidak bisa berdiri sendiri dan diartikan sebagai hukum pembolehan makan anjing. Sebab kalimat itu diawali oleh keadaan darurat di mana tak ada apapun sama sekali yang bisa dimakan, yang ada hanya beberapa potong daging anjing. Atau sebagaimana kebolehan berwudlu dengan usapan debu atau tayammum, itu tidak berdiri sendiri, melainkan dipersyarati oleh ketidakmungkinan mendapatkan air.

Maka kawin empat itu juga berangkat dari prasyarat-prasyarat sosial yang kita himpun disamping dari yang dipaparkan oleh tuhan dan sejarah, juga kita cari melalui aktivitas akal kita sendiri. Kawin empat, menurut kematangan akal dan rasa kalbu kemanusian, tidak pantas dilakukan atas pertimbangan individu, melainkan kewajiban sosial. Kewajiban adalah sesuatu yang “terpaksa” atau wajib kita lakukan, senang atau tidak senang. Karena masalahnya tidak terletak pada selera, kenikmatan atau kemauan pribadi, melainkan pada kemaslahatan bersama.

Engkau menjadi manusia yang tidak tahu diri kalau Tuhan mengatakan “kalau engkau takut tak bisa berbuat adil…” lantas engkau bersombong menjawab kepada Tuhan: “Aku bisa kok berbuat adil”, kemudian ambil perempuan jadi istri keduamu. Bahkan engkau nyatakan “aku ingin memberi contoh poligami yang baik” – seolah-olah tuhan tidak membekalimu dengan akal dan rasa kalbu kemanusian.

No comments:

RENDRA DALAM MAKNA

Muhammad Ainun Nadjib Rendra yg kami cintai Berpindah rumahnya Dari penglihatan dan pengetahuan Menuju rumah sejati abadi Yg bernama makna, ...