Wednesday, February 27, 2008

Kadar Kesetiaan

Emha Ainun Nadjib

Sedemikian tinggi dan mendalamkah seorang hamba Allah mesti
terbang dan melayang ke semesta ilmu dan kemuliaan? Tidakkah
manusia bisa bersikap wajar dan biasa-biasa saja? Ataukah itu
alibi untuk memaafkan kelemahan diri, keterbatasan, dan
kekurangannya dalam melakukan sesuatu?

Jangan dengarkan suaraku, karena suaraku buruk. Dengarkanlah
suara Tuhan...

Kalau suaraku buruk, orang justru akan sangat mengingatnya
karena tersiksa. Kalau suaraku agak bagus, orang mengingatnya,
tapi dengan kadar yang lebih rendah dibanding ingatan terhadap
suara buruk -- sebab kecengengan manusia terhadap penderitaan
cenderung lebih besar dibanding rasa syukurnya terhadap
kegembiraan.

Dengan ungkapan dan jawaban saya itu kenapa kau terpaku pada
suaraku? Di situlah letak ketidakberhasilan yang saya maksud.
Orang menikmati terangnya lampu tanpa mengingat kabel listrik.
Orang menikmati makanan enak di warung dan tidak bertanya
siapa nama orang yang memasaknya di dapur. Penyanyi, pembaca
puisi, qari, pelukis, muballigh, penyampai ilmu, pembawa
hikmah, atau fungsi-sungsi nilai apa pun, hanyalah 'kabel
listrik'.

Tidaklah senonoh kita menuntut orang untuk mengagumi kita
sebagai kabel listrik, sebab yang sampai ke mereka adalah
cahaya. Tukang listrik jangan kasih dan taruh lilitan
kabel-kabel ke wajah orang. Kita para seniman, ulama, pengurus
negara, pekerja sosial, fungsionaris-fungsionaris sejarah, di
wilayah mana pun dari kehidupan umat manusia -- wilayah mana
pun dari kehidupan umat manusia -- hanyalah pengantar cahaya,
bukan cahaya itu sendiri. Seperti rembulan, kita hanya
memantulkan cahaya matahari agar menimpa bumi. Terkadang kita
malah merekayasa berlangsungnya gerhana matahari untuk
mengantarkan kegelapan, tetapi sambil memobilisasi orang untuk
mengagumi kita.

Seandainya pun sebagai rembulan kita setia memantulkan rahmat
Tuhan ke bumi kehidupan manusia, yang kita andalkan untuk
mendapatkan nilai bukanlah cahaya itu sendiri, melainkan kadar
kesetiaan.

No comments:

RENDRA DALAM MAKNA

Muhammad Ainun Nadjib Rendra yg kami cintai Berpindah rumahnya Dari penglihatan dan pengetahuan Menuju rumah sejati abadi Yg bernama makna, ...